Pemerintah daerah bersama masyarakat Surabaya terus bahu membahu menciptakan suasana hijau di kota terbesar ke dua setelah Jakarta ini. Salah satunya dengan memfasilitasi para pengusaha toko bunga Surabaya untuk terus maju ke depan. Jika dilihat ke belakang, pebisnis bunga di Surabaya sangatlah sedikit. Dimulai pada abad ke- 19, yaitu tahun 80-an. Bisnis ini masuk ke Surabaya dengan geliat yang cukup lemas. Bahkan jumlah pedagangnya masih relatif sedikit. Bahkan, di pasar kayoon, sebuah pasar yang disinyalir menjadi tempat perputaran berbagai jenis bunga di Surabaya, hanya ada lima pedagang bunga saja yang aktif. Sedangkan bunganya, dipasok dari Batu- Malang.
Bisnis ini semakin merajai pasar pada tahun 90-an, bahkan omzetnya bisa sampai Rp. 100 juta. Dan sempat anjlok di tahun 1997-1998 saat terjadi krisis moneter di Indonesia. Saat itu, para pedagang sempat mengeluh namun cepat bangun dan menata kembali usahanya. Pada abad ke-20 ini, geliat bisnis bunga tidak mengalami penurunan, malah justru terus naik. Petani Batu-Malang masih dipercaya sebagai penghasil bunga untuk pasar bunga di Surabaya yang terpusat di Kayoon. Perkembangan ini ditunjang dengan infra struktur yang disediakan oleh pemerintah daerah setempat.
Kini, pusat toko
bunga Surabaya, yaitu Kayoon memiliki luas sekitar 2 hektar are, belum lagi
toko-toko yang berjajar mengikuti jalanan, di sebelah kanan dan kiri yang
berjumlah ratusan. Kios ini siap menjadi basis bunga di kota pahlawan Surabaya.
Pedagang mengakui bahwa 90 % pesanan datang dari lembaga, yayasan, dan instansi
baik pemerintahan maupun swasta. Itu berarti 10 % pesanan berasal dari warga
kota Surabaya dan luar kota Surabaya yang berkunjung ke sana. Para pedagang
juga terus meningkatkan penjualannya dengan menambahkan cara berjualan modern
atau online. Dengan demikian, persentase pembeli perorangan diharapkan akan
meningkat. Seiring dengan penetrasi ketat yang dilakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar